Pernahkah memunculkan pertanyaan pada diri sendiri, Islam itu datang untuk urusan personal atau urusan komunal? Apakah hanya mengurus diri sendiri saja atau mengurus seluruh umat?
Jawabannya ada di QS Al-Asr ayat 3. Maknai artinya. Allah menyampaikan:
Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh
Tidak terhenti di situ saja. Ada lanjutannya.
dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya dalam kesabaran.
Lantas, bisakah kita beriman hanya dengan mengerjakan amal shalih saja? Padahal ada urusan keumatan yang harus kita selesaikan. Bukan hanya menjadi pribadi shalih, tapi juga pribadi mushlih.
Kali ini, #MatrikulasiNAKIndonesia membahas Ketika Muslim Bekerja Sama. Seperti biasa, saya menyarankan untuk menonton video lengkapnya. Apa yang saya tuliskan hanyalah secuil dari insight yang saya tangkap dengan segala keterbatasan. Untuk tulisan #MatrikulasiNAKIndonesia lainnya, kamu bisa membaca di kategori Insight Kajian blog ini.
***
Ada beberapa ayat yang ditadabburi dalam video kali ini. Salah satunya adalah potongan QS Al-Maidah ayat 2:
وَتَعَاوَنُوا۟ عَلَى ٱلْبِرِّ وَٱلتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا۟ عَلَى ٱلْإِثْمِ وَٱلْعُدْوَٰنِ
Dan tolong-menolonglah kalian wahai orang-orang mukmin dalam mengerjakan apa yang diperintahkan kepada kalian dan meninggalkan apa yang terlarang bagi kalian.
Ada pola dalam kalimat pertama. Ta’awun – birri – taqwa. Menolong, kebaikan, taqwa. Sedangkan kalimat selanjutnya yang merupakan larangan polanya adalah ta’awun – itsmi – ‘udwan. Jangan menolong – terlarang – tinggalkan. Maka seriuslah dalam tolong menolong kebaikan karena itu dekat dengan takwa, dan serius pula agar tidak tolong menolong dalam apa yang terlarang. Karena bagaimanapun, saat kondisi kita bersama, berbuat baik atau buruk, potensinya sama besar. Masalahnya adalah, dengan siapa kita bersama?
Jangan kira hanya bersama orang tidak baik saja yang bermasalah. Bersama dengan orang baik pun ada potensi masalah. Kenapa? Karena bisa jadi, hati kita merasa lebih baik daripada orang lain. Termasuk di dalamnya kontribusi untuk umat ini.
Coba saja fenomena sosial. Tidak sedikit kita melihat fenomena berkompetisi untuk menjadi lebih baik yang malah menyerempet menyikut dan merasa lebih baik. Semangat yang hadir bukannya melengkapi, tapi berkompetisi. Padahal tujuan utama kita harusnya adalah membangun agama ini, bukan membangun organisasi.
Tentang keragaman yang ada di umat ini. Kita harus mencoba untuk lapang dada atas setiap usaha baik yang hadir dalam setiap gerakan. Karena sekali lagi, tujuan kita adalah membangun agama, bukan menjadi organiasi apalagi individu terbaik.
Perumpamaannya seperti pohon dengan akar yang kokoh dengan ranting yang bercabang ke mana-mana. Akar yang kokoh adalah visi yang sama, laa ilaha illallah dan ranting yang bercabang adalah keteduhan dan manfaat yang kita berikan ke umat ini.
Kita tidak sedang dalam kompetisi, tapi berusaha untuk menyentuh apa yang belum tersentuh.