“Berapa harga sebuah jeruk mini?”
Pertanyaan penting tidak penting ini dengan latar belakang foto jeruk mini saya sampaikan di Instagram story. Salah seorang teman menjawab.
“20.000 / kg. Per buah lebih kurang 1.500-2.000.”
Jika ditanya kepada saya, jujur saja saya tidak tahu berapa harganya. Karena jeruk itu diberikan oleh teman kos saat kami masak. Saya menunda makan jeruk pemberian tersebut karena masih puasa.
Jawaban seorang teman tadi bisa jadi benar. Rp 20.000/kg, per buah Rp 1.500- Rp 2.000. Tapi jika ditanya, berapa nilai jeruk tersebut, jawabannya bisa berbeda.
“Lah kok bisa beda? Apa beda harga dan nilai?”
Harga adalah angka. Sedangkan nilai tidak sebatas angka. Nilai itu abstrak.
Di sebuah kajian, Ustadz Faris BQ memberikan sebuah pesan menarik. Kita terjebak untuk melihat angka, bukan nilai. Keinginan adalah angka, kebutuhan adalah nilai. Gaji adalah angka, kecukupan adalah nilai. Skor ujian adalah angka, kejujuran dan proses adalah nilai. Omset adalah angka, keberkahan adalah nilai. Paham bedanya?
Kembali lagi ke perihal jeruk pemberian teman tadi. Berapa nilai sebuah jeruk? Senilai pahala puasa sunnah bagi yang memberikan makanan untuk berbuka tanpa mengurangi sedikit pun pahala yang berpuasa. Pahala yang bertambah, bukan pahala yang terbagi.
Kita jarang sekali melihat perpsektif seperti ini bukan? Pun pernah, kerap kita mengabaikan. Kita lebih tergoda untuk penilaian dan angka dunia dibandingkan penilaian akhirat yang terlihat abstrak. Tapi di situlah iman kita diuji.
Contoh lain. Perihal amal, kita tahu bahwa shalat sunnah sebelum subuh itu lebih baik daripada dunia dan seisinya. Perihal dosa, kita tahu bahwa riba itu dosa besar melebihi zina kepada ibu kandung sendiri. Tapi seberapa dalam kita melihat nilai-nilai akhirat tersebut?
Kita manusia memang tidak visioner. Pun visioner hanya mampu melihat prediksi perkembangan dunia, bukan bagaimana nilai tersebut di akhirat kelak. Apakah bernilai amal atau dosa?
Jeruk pemberian teman kos memberikan pelajaran malam ini. Bahwa kita perlu melihat nilai, bukan hanya angka. Apalagi bagi seorang Muslim. Visioner bukan hanya melihat perkembangan dunia, tapi bernilainya amal terhadap hidup setelah mati.