Hari kedua trip akhir tahun rezkyfirmansyah.com. Setelah kunjungan kampus terakhir di Universitas Islam Indonesia, jadwal saya di Jogja terbebas dari kegiatan formal hingga Kamis. Diisi dengan meet up sana sini untuk menyambung silaturahmi dan menambah ilmu baru.
Ada banyak pertemuan hari ini. Dengan sesama alumni SMPN 1 Bangkinang dan ISLC UI 2011. Ada yang durasinya lama dan penuh makna dan ada yang durasinya sebentar tapi tetap berkesan. Dan kali ini saya ingin bercerita tentang pertemuan pertama.
Perkenalkan yang cantik sendiri, karena satu-satunya cewek bernama Ajeng Ayu Adhisty, HI UMY 2012. Dia adalah teman lama sejak SD kelas 1 hingga SMP kelas 3. Yang cowok berkacamata Fauzan Akbar, Pertambangan STTNAS. Adik kelas di SMP. Semua foto diatas berstatus jomblo. Dan untuk yang cantik sendiri tinggal menunggu waktu memutuskan pacarnya setelah disidang “kenapa kamu pacaran” cukup lama 😛
Berbicara tentang alumni, dekat maknanya dengan masa lalu. Dan apa yang ada di masa lalu seringkali menjadi pembenaran terhadapan kegagalan di masa depan. Nyatanya, apakah masa lalu memastikan masa depan?
Jikalau masa lalu memastikan masa depan,
- Mengapa Salman Alfarisi yang lahir di keluarga penyembah api bisa menemukan hidayah Islam?
- Mengapa Opray Winfrey yang dilecehkan oleh pamannya di masa kecil bisa menginspirasi jutaan orang di Amerika?
- Mengapa Raeni yang orang tuanya “hanya” tukang becak bisa meraih cumlaude dan melanjutkan pendidikan di London
Apakah benar masa lalu memastikan masa depan?
Ada kekeliruan yang dibenarkan selama ini. Menganggap bahwa masa lalu memastikan masa depan. Padahal bukanlah demikian, karena masa lalu seharusnya memberikan pembelajaran. Ada orang yang masa lalunya kelam bisa cerah masa depannya dan begitu pula sebaliknya. Mengapa bisa? Karena mereka mengambil masa lalu sebagai pembelajaran, bukan penyesalan.
Begitu pula ketika kami berdiskusi mengenai passion. Ada pembicaraan mengenai memaknai masa lalu. Misalkan saja mengapa Ajeng mengambil Hubungan Internasional? Sempat dia bingung dengan alasannya. Padahal ketika digali kembali masa lalu, dia mengakui bahwa menyukai dunia komunikasi. Dibuktikan dengan berbagai aktivitas masa lalunya di organisasi sekolah. Tapi terlambatkah untuk sadar? Terlambat lebih baik dibandingkan tidak sadar sama sekali bukan?
Saya kembali teringat dengan pesan dari Steve Jobs :
“Kamu tidak bisa menghubungkan titik demi titik dengan memandang ke depan; kamu hanya bisa menghubungkan itu semua dengan memandang kebelakang. Jadi kamu harus percaya bahwa titik demi titik ini entah bagaimana akan saling terhubung dalam masa depanmu”
Dalam bahasa yang lebih sederhana, lihatlah masa lalumu sebagai pembelajaran, bukan penyesalan. Lalu hubungkan hal tersebut menjadi kekuatan untuk mencapai masa depan yang indah.
Keep writing, always inspiring!
Rezky Firmansyah
Penulis buku tersebar di 5 benua
Founder Passion Writing Academy
Mau diskusi asik bahas soal Kepenulisan Passion Kepemudaan? Yuk invite 76B4BF69/085363949899 dan juga follow @rezky_rf9
Kamu merasakan manfaat dari tulisan ini? Tulis comment dan klik tombol share di bagian kiri