Apa Momentum Pertamamu dalam Menulis?

Apa Momentum Pertamamu dalam Menulis?

Selalu ada yang pertama untuk segalanya. Berjalan, pekerjaan, berkarya, apa saja. Dan terima saja bahwa tidak ada yang langsung bisa di pengalaman pertama. Jatuh dulu baru bisa. Jatuh pun bukan sekali, tapi berkali-kali. Hampir rasanya ingin menyerah. Tapi karena daya juang yang lebih besar, menyerah bukanlah pilihan. Bangkit, melangkah, hingga akhirnya bisa dan terbiasa.

Pengalaman pertama. Selalu ada yang pertama untuk segalanya. Contohnya menulis.

Jika ditanya pengalaman pertama dalam menulis, sebagian orang mungkin punya persamaan. Umumnya akan menjawab diari, jurnal refleksi, karangan semasa sekolah, apa lagi?

Saya pun sama sebenarnya. Jurnal semasa SMA adalah jawaban. Tapi saya tidak ingin menceritakan pengalaman pertama saja. Mari ubah sedikit pertanyaannya. Apa momentum pertamamu dalam menulis?

Apa bedanya pengalaman dan momentum? Pengalaman ya sesederhana apa yang kita alami. Sedangkan momentum, lebih dari pengalaman. Momentum adalah pengalaman yang memantik perubahan atau percepatan dalam hidup.

Apa momentum pertama saya dalam menulis?

Waktunya tidak begitu jauh dengan jurnal semasa SMA. Yaitu perlombaan esai dengan tema “Andai Aku Jadi DPD RI”. Penyelanggaranya saat itu adalah anggota DPD RI perwakilan Riau bernama Intsiawati Ayus. Kenapa lomba ini berkesan?

Semasa SMA, saya bukanlah siswa yang ambisius dengan ini dan itu. Jika memilih satu, saya ambis dengan sepakbola saat itu. Walaupun lingkungan tidak sepenuhnya mendukung. Ya sudah, secukupnya saja saya perjuangkan. Walaupun indikator secukupnya saya saat itu jika dibandingkan dengan teman lain di sekolah, ya beda jauh. Banyak hal aneh yang saya lakukan.

Selain sepakbola, sepertinya tidak banyak hal yang membuat saya ambisius. Lomba ini itu, jarang sekali saya ikuti. Termasuk lomba menulis. Dan lomba esai ini seingat saya adalah satu-satunya lomba menulis yang saya ikuti ketika SMA.

Saat itu saya tidak punya ekspektasi apa-apa. Meraih juara adalah hal jauh untuk diraih. Apalagi saat itu perwakilan dari sekolah yang ikut adalah teman sekolah yang secara kualitas sudah mumpuni dibandingkan saya. Ada teman seangkatan dan adik kelas yang sudah berkali-kali ikut lomba karya tulis ilmiah. Lah, Rezky Firmansyah hanya modal menulis di jurnal harian. Wajar dong tidak ada ekspektasi apa-apa. Tapi coba tebak, apa hasilnya?

Rezky Firmansyah juara 1 lomba esay Andai Aku Jadi DPD RI se-Provinsi Riau.

Lomba pertama dan bisa juara pertama. Sungguh tidak menyangka. Alhamdulilah.

Saat itu memang bukan saya langsung yang mengambil piala. Ada teman lain yang mewakili. Karena sekolah kami yang berasrama, ada aturan khusus untuk masuk dan keluar dari sekolah. Walaupun tidak menerima langsung, tapi tetap prestasi ini begitu berkesan bagi saya.

Semasa SMA, memang saya tidak terlalu aktif di dunia literasi. Tidak ada ikut lomba, ekskul, atau organisasi. Hanya bermodal jurnal harian saja. Banyak teman lain yang lebih aktif. Tapi entah kenapa, saya tidak melihat teman-teman lain seaktif dulu. Apakah hobi mereka mulai berganti? Atau potensi yang terkubur karena berbagai rutinitas? Atau karena apa?

Untukmu yang dulu pernah berjuang, mari melangkah lagi. Tidak apa-apa mulai dari belakang. Karena langkah ini bukan tentang membandingkan siapa dengan siapa. Langkah ini adalah tentang dirimu mimpipu yang ingin diperjuangkan.

Baca juga : Sejenak Lihat ke Belakang, Bangkitkan Kembali Potensi yang Terpendam

Inilah momentum pertama saya dalam menulis. Momentum yang mengajarkan saya bahwa ternyata menulis itu bukan tentang jago fiksi, sastra atau menulis puisi. Menulis itu adalah tentang menuangkan gagasan dan perasaan dalam tulisan. Dan setiap dari kita pasti punya gagasan dan perasaan akan suatu hal. Tapi tidak semua dari kita yang mau dan mampu untuk menuangkannya. Maka sebenarnya, setiap dari kita punya potensi, tapi tidak semuanya yang mau untuk mengoptimalkannya.

Inilah momentum menulis saya. Momentum yang membuat saya terus melangkah. Tentu momentum itu bukan satu-satunya. Ada banyak momentum demi momentum yang akan membuat diri bersemangat.

Bagaimana denganmu? Apa momentum menulismu? Jangan ditunggu saja. Bergeraklah!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *