9 Poin Kunci Mengubah Buku B Aja Menjadi Beda dan Istimewa

“Rez, kamu nggak kehabisan inspirasi menulis tentang menulis ya?”

Menulis tentang menulis. Hmm, gimana ya. Saya selalu mengarahkan pikiran untuk lebih fokus pada “inspirasi apa lagi yang ingin saya tebarkan”. Think give, not get. Sehingga saya selalu punya stok inspirasi yang bisa dibagi. Semesta begitu luas, lantas kenapa berfokus pada dinding hambatan maya yang ada di depan?

Kemarin saya bersama Tim Buku untuk Desa dari Inspirator Academy mempresentasikan buku yang siap diterbitkan. Ini tantangan baru bagi saya. Meng-handle 50 buku yang berfokus pada pengembangan desa. Proses naik kelas harus dijalani dan dimaknai dengan hati.

Ada sekitar 17 naskah yang siap “dibantai” oleh Putu Putrayasa selaku CEO Bernas Group. Memang sih yang hadir hanya 6 tim penulis. Tapi bukan berarti inspirasi yang didapat seminim yang datang. Ada banyaaak banget yang berhasil saya gali dengan teliti. Saya bisa simpulkan, ada 9 poin utama.

Yakin buku Anda udah beda dan istimewa? Jangan-jangan buku Anda seperti kata kids zaman now, B aja. Cek dulu deh 9 poin ini.

1. Buku How To yang Memberi Solusi, Bukan Hanya Motivasi 

Buku How To maksudnya adalah buku tutorial. Buku yang membawa pembaca dari titik awal ke tujuan.

Memangnya kenapa dengan buku motivasi? Tidak boleh ya menulis buku motivasi? Ya bukan tidak boleh. Tapi ada ada banyak buku motivasi yang beredar di pasaran. Lantas apa diferensiasi yang ingin Anda hadirkan. Atau begini deh. Simpelnya, apa harapan pembaca yang bisa kamu selesaikan? Pembaca butuh solusi, bukan hanya motivasi.

Ada rumus unik yang saya dapat dari Pak Putu. Jika ditambah kata “how to” di depan judul, sudah cocok belum? Misal

(How to) Kaya Modal Ngomong (cocok)
(How to) Menulis Proposal Nikah Mudah (cocok)
(How to) Anak adalah Aset (kurang cocok)

2. Judulnya B Aja Atau Istimewa? 

Menulis judul yang menarik butuh usaha yang tidak mudah. Apalagi bagi golongan otak kiri. Mikirnya kaku mulu. Tersinggung? No baperan, open minded please.

Buat judul yang menarik sehingga pembaca tertarik untuk mendekati, membaca, dan membeli buku Anda.

Misalkan begini. Sebuah buku berjudul “Buku Nikah”. Bandingkan dengan “7 Langkah Indah Menulis Buku Nikah”. Lebih menjual mana? Nyatanya banyak yang ditanya kapan nikah padahal udah pacaran 7 tahun jawabannya nanti-nanti. Itu pacaran apa kredit motor.

Atau bisa juga dengan menggunakan rumus “awal dan tujuan”. Maksudnya gimana? Di judul menggambarkan, ada tujuan yang didapat oleh pembaca setelah membaca bukunya. Contoh :

99 Tips Bisnis Modal Tips Tapi Laris Manis (Modal tipis adalah awal, laris manis adalah tujuan)
29 Solusi Indonesia Muda untuk Indonesia Berdaya (Indonesia Berdaya adalah tujuan)
6 Langkah Menuju Berkah (Berkah adalah tujuan)

3. Ingat, Buku Anda Bukan Skripsi

Ini salah satu feedback unik yang saya dapatkan kemarin. Saat Mas Benny presentasi judul buku (yang jelas bukan skripsi) tapi dinilai seperti skripsi. Pak Putu komentarin yang maknanya

“Bukumu bukan skripsi bro”

Judul awal tim mereka adalah

Memakmurkan Desa Melalui Pemanfaatkan Potensi Desa dan Kearifan Lokal

Lalu diubah menjadi “Desaku Masyhur, Desaku Makmur”. Lebih menjual mana?

Anyway, bagi Anda yang punya skripsi juga bisa diubah jadi buku loh. Bukan judulnya aja, tapi juga isi skripsinya. Salah satu contoh nyatanya adalah karya Akmal Sjafril yang berjudul “Buya Hamka : Antara Pluralisme dan Pelurusan Aqidah” berangkat dari tesis.

Baca Juga : Melunasi Hutang Mahasiswa Bersubsidi dengan Skripsi

Saya pun mencoba. Setelah berhasil mencapai #24BooksOn24Years sebelum 5 Desember kemarin, saya akan ubah skripsi yang berjudul “Passionpreneurship, Mengubah Passion Menjadi Bisnis” menjadi buku populer. Entah buku ke berapa. Yang jelas bukan buku ke 25, karena buku ke 25 adalah buku . . . . .(doain aja)

4. Sinopsis dan Outline untuk Presentasi 7 Menit

Insight ini bukan hanya untuk persiapan menulis saja. Tapi ketika presentasi di depan editor atau tim penilai. Ingat, waktu untuk presentasi dan menjual ide kita bukan 1 jam. Paling hanya 5-7 menit. Lantas bagaimana dalam waktu 5-7 menit bisa menjelaskan isi bukunya? Bagaimana bisa meyakinkan audiens dan tim penilai dengan ide gila kita dan
layak dieksekusi?

Tidak perlu menjelaskan semuanya secara detail. Ceritakan saja sinopsis dan outlinenya. Salah satu rumus yang biasa dipakai adalah Why – What – How. Mungkin Anda ada rumus lain?

5. Jangan Mager, Lalukan Interview Original

Perkembangan internet terkadang membuat penulis mager. Mengandalkan copas di Google lalu memasukkan ke naskah buku. Salahkah? Kalau mencantumkan sumber, sebenarnya tak masalah. Tapi kurang greget aja. Kurang original. Coba deh lakukan riset atau interview ke sumber primer. Misalkan mengangkat tentang Pemimpin Muda Desa yang Menembus Dunia. Temui orangnya langsung, bukan hanya katanya katanya. Percaya deh, konten yang Anda tuliskan akan lebih bernyawa.

Sama halnya saat saya menuliskan buku ke-9 Jomblo Mantan & Masa Depan. Saya tidak hanya mengandalkan pengalaman pribadi. Tapi juga interview teman-teman lain sehingga jawaban dan kontennya lebih bervariasi.

6. Selipkan Buku yang Lain, Lumayan Bisa Promosi

Jika Anda sudah menulis banyak buku, coba selipkan di halaman khusus tentang karya Anda yang lain. Ini bisa jadi media promosi dan mengangkat penjualan karya yang lain.

“Kalau belum punya buku gimana?”

Masukkan karya orang lain pun boleh. Tujuannya apa? Sebagai wujud terima kasih dan apresiasi dari buku yang sudah dibaca. 

7. Permudah Teori dengan Bagan yang Visual

Pada buku tertentu, terkadang mengangat sebuah teori baru. Masalahnya, banyak penulis yang abai akan hal ini. Mereka menuangkan teori melalui kata demi kata tanpa bantuan visual.

Tahu buku 7 Habbits oh Highly Effective People karya Stephen R. Covey? Kenapa teori ini begitu diingat banyak orang? Salah satunya adalah karena dibuat bagan khusus sehingga pembaca paham tentang teori yang disampaikan. Desain lebih visual. Jangan kayak skripsi yang bagannya hanya jadi formalitas nilai saja. Dear writer, be creative!

ToolsHero_7-Habits-of-highly-effective-people-Covey

8. Menulislah Seperti Air yang Mengalir

Ini sudah mutlak tak bisa dibantah. Sudahkah bahasa dalam buku Anda mengalir dan asyik
dibaca?

9. Diferensiasi yang Menginspirasi

Banyak mentee dari program menulis lain mungkin kesal dengan feedback yang saya berikan.

“Diferensiasi bukumu apa?”
“Oke motivasi islami. Tapi kan udah banyak motivasi islami di pasaran.”
“Memberikan solusi? Solusi yang seperti apa? Memangnya buku lain tidak memberikan solusi.”

Bagi para mentee, maklumilah. Feedback saya yang kritis itu untuk perkembangan Anda. Jadi udah tahu apa diferensiasi buku Anda?

Karya saya misalkan. Semua karya saya sudah ada di IG @KaryaRezky Jika ditanya diferensiasinya apa, maka saya menjawab dengan kreasi konsep. Misal :

Buku ke-1, Admiral : Generasi Perjuangan Keajaban. Konsepnya bagaimana memberikan karya istimewa di perpisahan.

Buku ke-18, 29 Solusi Indonesia Muda untuk Indonesia Berdaya Konsepnya adalah bagaimana pertemuan dua hari di konferensi bisa memberikan karya yang berarti. Bukan hanya say hello, selfie, dan good bye saja.

Buku ke 21, 22, dan 23. Trilogi Rezky tentang Indonesia, Writing, dan Youth. Sebuah buku dengan konsep trilogi yang berisikan 24 opini. Memaknai pertambahan usia dengan karya.

Kreasi dan konsep adalah diferensiasi menginspirasi yang saya hadirkan. Karena itulah
saya selalu yakin dan pede menjadi Passion Writer.

Dalam konteks buku desa bagaimana?

Ada 50 buku yang dituliskan mengangkat tema desa. Dalam perjalanannya, pasti ditemukan banyak tema yang sama. Tema yang sama bukan dosa. Tapi kembali lagi, diferensiasinya apa? Misalkan mengangat tentang pemuda desa. Pemuda desa yang seperti apa? Apa bedanya dengan buku sebelah?

***
9 poin ini bisa jadi self-assesment sebelum maju ke langkah selanjutnya. Sehingga ketika ada yang nanya kenapa buku Anda layak jual, Anda sudah punya jawaban yang meyakinkan.

Jadi, buku Anda B aja atau beda dan istimewa?

Keep writing, always inspiring!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *