Mantan Itu Bukan Dilupakan, Tapi Dilepaskan. Apa Bedanya?

Di sabtu malam (bukan malam minggu) dengan rintik hujan ini ada banyak ide kreatif yang muncul. Bisa dengan melakukan salah satu dari tips 7 Kegiatan Kreatif Menjalani Malam Minggu ataupun mengisi kolom IDHEA, ide kreatif untuk memunculkan ide kreatif tiap harinya. Ya memang, sebagai Jomblo yang membawa visi merubah nasib menjadi prinsip ada banyak hal yang bisa dilakukan. Malam minggu lalu misalkan. Bersama beberapa “tim sukses” diskusi bergizi untuk ide kreatif organisasi periode depan. Malam ini? Bagaimana jika berbicara tentang mantan?

Entah kenapa saya tertarik dengan hal ini. Mungkin karena mimpi yang saya alami beberapa hari yang lalu. Plus ditambah foto anak yang dikirim temannya dia yang juga teman saya. Itu 2 mantan yang berbeda. Tapi sebelum melanjutkan kisah ini, sebaiknya kamu membaca script kisah saya yang dibawa secara Stand Up Comedy disini.

Berjumpa dengan mantan itu adalah kesempatan. Kesempatan untuk mengetahui kabarnya seperti apa (@ulhaqsa)  

Paling tidak ada 5 hal yang membuat tulisan ini terbit :

  1. Mimpi tentang mantan
  2. Foto anak mantan dari temannya mantan
  3. Quote mantan dari teman
  4. Curhat teman tentang calonnya dulu bakal ke pelaminan
  5. Desakan untuk nikah tahun depan

Dari 5 hal diatas, hanya no 5 yang karangan. Sisanya itu kenyataan.

Berbicara tentang mantan memang menarik. Bagi mereka yeng belum move on ataupun move up, kisah ini selalu saja dihindari. Tapi bagi mereka yang bijak, mantan layak untuk dikenang.

Banyak dari dari mereka anak muda yang dulunya baik banget sama pacarnya. Tapi setelah jadi mantan dianggap seperti setan. Bahkan kalau dicari di google tidak akan ditemukan keyword mantan, melainkan setan. Tapi bagi saya itu berlebihan. Udah biasa aja.

Mantan dan pacaran adalah masa lalu. Semuanya bisa berubah. Tergantung kitanya mau jadi seperti apa. Bisa jadi dulunya mantan mengkhinati hubungan kamu tapi malah akhirnya dia yang kecewa. Atau bahkan sebaliknya. Dulu kamu yang menyakiti mantan lalu ngarep balikan. Mengenai hal ini, saya punya kisah menarik.

Terakhir kali saya pacaran adalah kelas 3 SMP. Dan kisah putus kedua mantan saya hampir sama.

“Maaf aku masih sayang sama mantan aku”

Mungkin kalau dibuat sinetron, judulnya adalah “Mantan yang Terkhianati oleh Mantannya Mantan”. Bingung kan? Saya pun bingung tentang kisah ini dulunya. Tapi kini saya mulai sadar maknanya. Nah agar kamu nggak ikutan bingung, baca kembali tulisan disini

Sejak tamat SMP saya nyaris nggak pernah bertemu dengan mantan terakhir. Karena memang kami beda SMA dan kuliah. Terakhir kali kami bertemu itu di tahun 2013. Saat itu saya launching buku kedua, What Amazing You. Dia pun membeli buku saya dan saya mengantar ke teras rumahnya. Sesingkat itu. Nggak ada sampai ketemu orang tua. Tips ini bisa kamu lakukan kalau mau modus sama si doi. Tulislah buku dan antar kerumahnya. Ehem.

Tapi yang lebih menarik adalah tahun lalu. Ketika itu kakaknya mantan nikah dan saya dapat undangannya melalui line. Saya kira itu chat pribadi tetapi ternyata broadcast. Kecewa*eh. Chat pun dimulai. Saya membalas nggak bisa hadir karena sudah kembali ke Surabaya. Sedikit nostalgia kenangan. Dan topik menarik adalah ketika pembicaraan tentang buku yang saya tulis. Saya sempat bilang :

“Kita nggak pernah ketemu lagi. Palingan cuma chat doang. Jadi kita nggak saling tahu bagaimana keadaan sebenarnya. Jangan berekpektasi terlalu tinggi.”

Tapi dia malah jawab :

“Memang benar kita gak pernah ketemu. Tapi buku yang kamu kasih dulu itu paling nggak adalah sebuah jawaban. Kalau kamu jauh lebih baik dari dulu”

Uwowww!!! Jawaban macam apa ini! Tentu saja ada rasa-rasa gimana gitu. :3

Ya memang semuanya bisa berubah dengan cepat. Apakah kita yang berubah ataupun mantan yang berubah. Sudah seharusnya siapapun berubah menjadi lebih baik. Terlepas dari sekarang kamu masih pacaran atau nggak, ini penting untuk dimaknai :

“Kesuksesan seorang pacar adalah ketika dia memberanikan diri untuk memutuskan atau diputuskan pasangannya. Lalu setelah kejadian itu mantannya tergerak untuk menjadi jauh lebih baik”

Ada benarnya juga. Terlepas dia memutuskan dengan cara :

“Kita putus baik-baik”

Ataupun alasan :

“Kamu terlalu baik buat aku”

Percayalah, setiap orang punya potensi untuk jauh lebih baik. Walaupun belum pernah terpikirkan sebelumnya. Seperti mantan terakhir tadi. Ada kabar beredar kini dia semakin baik dengan hijrahnya. Walaupun hingga saat ini belum pernah bertemu kembali. Tentu tidak layak diri ini mengaku-ngaku bahwa dia lebih baik karena saya melakukan sesuatu . Tetaplah Allah yang mutlak memberikan hidayah.

Tapi, ada juga mantan yang semakin baik tapi malah membuat bingung. Karena nyatanya mantan yang semakin baik itu akan membuat persaingan “kembali” semakin besar. Hal ini terjadi oleh 2 teman saya. Seorang akhwat dan ikhwan. Tanpa pacaran, hanya taaruf. Tapi entah kenapa akhwat ini merasa nggak enak hati sampai sekarang karena sang ikhwan memilih akhwat yang lain. Nah kalau kamu pernah mengalami pengalaman yang sama, ditinggalkan tapi belum bisa mengikhlaskan lakukan tips disini

Satu pesan saya mengenai hal tersebut. Jika tidak pernah memilki mengapa harus merasa kehilangan? Bukankah sebelum menikah seseorang belum sah untuk saling memiliki? Bahkan hakikatnya seseorang yang merasa saling memiliki dalam ikatan halalpun juga dimiliki oleh Sang Pemilik Hati. Lantas kenapa harus sakit hati jika ditinggali? Bukankah semuanya akan kembali ke Ilahi? Tidak mungkin bisa melupakan kenangan. Tapi sangat mungkin untuk melepaskan. Jadikanlah kejadian itu sebagai pembelajaran keikhlasan.

Mantan itu bukan untuk dilupakan melainkan dilepaskan. Apa-apa yang terjadi di hubungan masa lalu  gunakanlah sebagai pembelajaran untuk hubungan masa depan. Maka sudah seharusnya berterima kasih kepada para mantan. Wahai mantan, terima kasih.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *