Belajar 7 Ketegasan, Kebiasaan Kecil yang Terabaikan

Sepanjang hari ini, saya teringat dengan pesan dari Pak Jamil Azzaini yang sempat dituliskan oleh Pak Andy Sukma Lubis tentang “Pentingnya Ketegasan Diri dan Keras di Masa Muda”. Pesan di tulisan itu berlaku penuh sepanjang hari ini. Mulai pagi hingga detik saya menulis tulisan ini. Mulai dari menunggu calon ibu-ibu kondangan ke rumah teman hingga perjalanan sepeda motor dari terminal ke rumah. Memangnya penting gak sih belajar ketegasan diri?

Perlu diluruskan terlebih dahulu pikiran yang sempat keliru jika menganggap bahwa tegas itu adalah keras ataupun jahat. Sama sekali jauh berbeda. Hanya terkadang pikiran sempit yang menjadikan tegas menjadi salah arti. Bisa jadi dari luar kelihatan sama. Tapi esensi yang ada di dalam tentu saja berbeda. Mulai pagi hingga malam hari, saya ingin menuliskan ulang pentingnya ketegasan diri dan kasusnya hari ini.

Pembelajaran dan kebiasaan

Pertama. Ketegasan dalam tanggung jawab. Sahabat saya, Deydeandy harus menegaskan kepada diri untuk “terpaksa” tidak hadir di pernikahan sahabat saya Jawwad dan istrinya Ashva demi menyelesaikan LPJ akhir periode. Karena itu adalah konsekuensi amanah dia sebagai wakil ketua BEM FISIB UB. Butuh ketegasan, memilih antara tanggung jawab dari 1 tahun dengan kegiatan yang “hanya” 1 hari.

Kedua. Ketegasan dalam memberikan jawaban. Terkhusus untuk kaum wanita. Coba lebih menegaskan diri dengan kata “sebentar lagi”, “5 menit lagi”, dan “sudah siap kok”. Kata-kata itu seperti sebuah ekspektasi yang tentu berbeda dengan realita. Karena dengan alasan itu, di lain kesempatan seseorang bisa makan, minum, menyelesaikan tugas, umroh dan menyelematkan dunia. Oke ini lebay. Tapi memang begitulah adanya. Dan itu terjadi dengan calon-calon ibu dari ISLC UI 2011 yang mau persiapan kondangan dengan dandanan. Mungkin itu agar terlihat “ehem” di mata pengantin*eh. Tapi bagi kaum lelaki, hal ini juga berlaku. Seperti istilah OTW, apa sih sebenarnya makna OTW? On The Way di jalan sesungguhnya atau di dalam dunia khayalan?

Ketiga. Ketegasan menyelesaikan rundown. Nah inilah salah satu bagian penting hari ini yang memberikan banyak makna. Pada awalnya, setelah “merusuh” di kondangan, seharusnya kami persiapan untuk kepulangan dari beberapa personil. Tapi entah kenapa, pikiran liar membawa kami menambah agenda tambahan menuju “Omah Kayu”, titik di puncak Batu yang memberikan keindahan alam dari pegunungan. Mungkin sudah rencana-Nya, sampainya disana salah satu bagian yang kami kunjungi tutup. Sehingga berpuaslah kami “hanya” melihat keindahan kota dari pegunungan dengan bumbu-bumbu lumpur di sepatu. Kalau tahu begini, lebih baik tidak naik. Tapi tentu mengeluh percuma saja. Lebih baik bersyukur karena sudah bisa melihat keindahan lainnya kan?

Keempat. Ketegasan dalam mengikhlaskan. Nah ini menarik. Selesai kondangan, kami berhenti sebentar untuk  sholat Zuhur di Mesjid Putih Batu. Semua berjalan lancar awalnya hingga kejadian menarik selesai sholat. Ketika melihat di parkiran sepatu, sepatu Reebook Oranye saya hilang. Awalnya saya mengira mungkin anggota dalam mobil yang iseng. Tapi setelah dicek kembali ke dalam mobil ternyata memang berpindah kaki. Bukan hanya saya, Ikhsan sahabat saya di Malang pun kehilangan. Singkat cerita kami tetap melanjutkan perjalanan ke Omah Kayu. Walaupun ada sedikit perubahan mood. Dan ketika turun untuk Sholat Asar di mesjid yang sama, saya kembali mengecek dan hasilnya nihil. Usaha  masih saya lakukan. Menulis surat kecil untuk pengurus mesjid apabila sepatu saya ditemukan. Di kejadian ini, saya belajar tentang ketegasan dalam mengikhlaskan. Ikhlas dan tawakkal itu bukan berarti “hanya” sekedar pasrah. Ada usaha dan doa di langkah sebelumnya. Setelah berusaha dengan mengecek dan menulis surat untuk pengurus serta pastinya berdoa. Mulailah saya belajar kembali untuk ketegasan dalam mengikhlaskan. Toh jika itu masih rezeki saya pasti akan kembali lagi kan? Jika tidak, anggap saja sebagai penggugur dosa, sedekah yang “dipaksa”, dan pengingat dari Allah. Lebih memberdayakan kan?

Kelima. Ketegasan dalam memutuskan. Nah inilah puncak dari banyaknya pelajaran hari ini. Karena tambahan agenda ke Omah Kayu, maka rundown seterusnya menjadi kacau. Sehingga Dila, sahabat kami yang (mungkin) jomblo ini hanya tiba 5 menit sebelum kereta berangkat. Ya tentu saja itu diuntungkan dari stuntman Paul Walker yang menyetir mobil. Tapi ini belum berhenti. Sani, sahabat saya yang pulang ke Jakarta dari Surabaya harus tiba sebelum jam 20.30 mengikhlaskan tiketnya hangus. Setelah awalnya ingin naik bus bareng saya ke Surabaya, dengan perubahan rencana kami mengantarnya ke bandara Juanda Surabaya menggunakan mobil. Walaupun sudah dibantu dengan stuntmant Paul Walker lain yang part time menjadi supir travel, tidak berhasil menolongnya datang tepat waktu. Hangusnya tiket ini memberikan kesempatan baru untuk membeli tiket baru jam 22.00. Tapi karena insting yang kurang tepat memutuskan untuk membeli di bandara (walaupun bisa beli di online) harus memberikan pelajaran baru. Penjualan sudah ditutup. Maka terpaksalah dia membeli “tiket jatah” untuk kembali ke Jakarta.

Keenam. Ketegasan dalam belajar kehidupan. Ini saya alami sendiri. Walaupun mungkin kami hanya meet up setelah  sekian tahun tidak berjumpa, saya tetap meniatkan diri untuk belajar kehidupan. Mencari inspirasi dan makna dalam penglihatan di perjalanan. Dan hasilnya, ada banyak ide dan note yang tertulis rapi di catatan handphone. Mulai dari diskusi tentang perkuliahan dengan Icha dan Ira, juga ada “kalimat kreatif” yang muncul dari Lila dan Ika. Misalkan saja, “walaupun kita sendiri, tapi bisa saling mengisi”. Nah! Kalian memberikan banyak inspirasi gaes!

Ketujuh. Ketegasan dalam komitmen menulis. Dan inilah yang saya lakukan di depan laptop sebelum tidur. Dari 20 Oktober 2015, saya menulis setiap hari dan post di rezkyfirmansyah.com. Dan hingga kini komitmen itu masih berlanjut. Sudah berapa hari? Hitung saja sendiri. Saya akan melanjutkan hingga 100 hari non stop. Doakan semoga lancar dan saya akan melanjutkan ke creative giving lainnya. Ohya, selain di blog, saya juga sering menuliskan narasi singkat dengan teknik observasi visual di IG : @rezky_passionwriter. Follow aja boleh kok 😀

 

Fiuuh. Cukup melelahkan hari ini. Tapi lelah akan terbayar dengan banyaknya pelajaran yang saya maknai malam ini. Secara pribadi, saya berharap agar refleksi tentang 7 ketegasan ini bukan hanya rangkaian kata yang menjadi tulisan. Tetapi sebagai pengingat dan motivasi baru. Dan secara umum, semoga kamu bisa mengambil banyak makna dan juga menjadi pembelajaran bersama.

Ohya, ada satu lagi ketegasan yang belum saya tuliskan sebagai efek dari kondangan. Yaitu  ketegasan ketika saya harus memilih kamu untuk menjalani kehidupan, visi, dan mimpi bersama. Ehem.

 

Keep writing, always inspiring!

 

Rezky Firmansyah
Penulis Buku Tersebar di 5 Benua
Founder Passion Writing Academy

0 thoughts on “Belajar 7 Ketegasan, Kebiasaan Kecil yang Terabaikan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *