Wajarkah Jomblo Mulia Kecewa?

Wajarkah Jomblo Mulia Kecewa Rezky Firmansyah

Rasa suka, cinta, kecewa itu pasti ada dihati manusia. Tak perlu malu atau takut ketika rasa itu pernah ada. Fitrah dan manusiawi. Kita tidak perlu menghilangkannya. Biarkan rasa itu tetap ada. Yang kita butuhkan hanyalah mengarahkannya dan menjadikannya kekuatan.

Seorang yang hijrah menjadi jomblo mulia pasti mempunyai alasan masing-masing dan latar belakang yang berbeda satu sama lain. Memang ada yang dulunya pernah pacaran berkali-kali hingga Allah berikan hidayah dihatinya. Dan ada juga yang belum pernah sama sekali berpacaran. Walaupun bisa jadi rasa cinta pernah ada dihatinya. Semoga Allah menjaga kita semua.

Entah kenapa, saya lebih tertarik untuk membahas golongan yang pertama. Karena Alhamdulillah banyak dari anak muda yang tergerak hatinya dibandingkan dengan golongan kedua yang dianggap sebagian orang sok suci. Tentu mereka bukanlah sok suci. Karunia Allah dan keluarga mereka yang bisa menjaga rasa cinta mereka terarahkan dengan baik.

Jomblo Mulia dan hijrah. Dua kata yang berkaitan erat. Maka tak salah sebuah pesan yang mengatakan :

“Jomblo hijrah itu dituntun, bukan dituntut”

Dituntun dengan kelembutan. Bukan dituntut dengan penghakiman. Kita tak bisa lantas mengatakan orang yang dulunya pernah pacaran adalah manusia yang lebih hina dibandingkan mereka yang tidak pernah pacaran sama sekali. Bukankah Allah Maha Penerima Taubat? Ayolah bimbing mereka dengan kelembutan, bukan dengan penghakiman.

Ada banyak sekali alasan seseorang hijrah. Apapun alasannya sudah sepantasnya kita ucapkan alhamdulillah. Memang, hijrah itu tidaklah mudah. Bisa jadi akan ada rasa yang dulu pernah ada tertinggal di dalam hatinya. Wajar? Ya wajar. Tapi pantaskah dendam? Gak pantas. Maafkan masa lalumu. Bagi kamu yang pernah pacaran dan belum move on, coba baca tulisan yang ini lalu praktekkan >>> Gimana Kalau Jomblo Mulia Ingat dengan Mantan

Ada hal menarik lain bagi seorang jomblo mulia yang masih level beginner. Bisa jadi muncul rasa suka kembali kepada sang mantan. Wajar? Manusiawi. Tapi ingat, yang dibutuhkan bukanlah mengiyakan rasa nafsu untuk kembali. Melainkan arahkan rasa cinta itu menjadi sebuah perjuangan meraih mimpi dan kemuliaan.

Tapi bisa jadi bukan rasa suka yang kembali ada. Melainkan rasa kecewa. Contohnya?

Ketika kamu memutuskan pacar entah dengan alasan apa, tentu itu adalah keputusan yang diiyakan bersama. Entah pas putus ada komitmen yang diikat ataupun tidak sama sekali. Contoh komitmen yang maklum terjadi dikalangan anak muda seperti ini :

“Kita gak usah pacaran ya. Kita jalani hidup kita masing-masing untuk meraih mimpi. Nanti dimasa depan aku akan menjemputmu lagi”

Hmmm. Kalimat yang indah walaupun terkadang harapan tidak sesuai realita. Bisa jadi bagi kamu yang memunculkan pernyataan seperti diatas malah dikhianati oleh si doi. Misalkan aja, janjinya gak pacaran. Kamunya sih gak pacaran. Eh si doi malah pacaran. Kecewa? Bisa jadi. Tapi tak usahlah terlampau kecewa.

Sungguh Allah Maha Penyayang pada hamba-Nya. Dan dia memberikan kasih sayang itu tanpa kita duga. Contohnya saja seperti kasus diatas. Allah berikan kasih sayang-Nya kepada kamu dengan memberikan keberanian untuk menyudahi hubungan tersebut. Nah ketika kamu sudah berkomitmen untuk itu lalu si doi gak menjalani, gak usahlah terlalu kecewa. Itulah tanda kasih sayang Allah yang kedua. Allah berikan tanda kepada kamu bahwa bukanlah dia calon terbaik untuk kamu.

Jika rasa cinta hanya dijadikan kata sifat, maka dia hanya sebagai perasaan. Tetapi jika rasa cinta dijadikan kata kerja, maka dia akan menjadi penggerak. Itulah yang dibutuhkan.

Terkadang rasa cinta membuat manusia bodoh. Ya contoh yang kayak tadi. Bukanlah Allah sudah memberikan tandanya? Lalu kenapa kamu harus memaksa ingin bersamanya?

Contoh lain deh. Ketika kamu sudah hijrah menjadi Jomblo Mulia, lantas pacaran adalah pantangan utama yang kamu jaga. Tapi bukan berarti rasa cinta itu hilang. Ingat, cinta itu manusiawi. Yang dibutuhkan hanyalah mengarahkan. Dan kasus yang terjadi adalah seperti ini,

Kamu udah komitmen tidak pacaran. Tapi entah apa daya rasa cinta itu ada dengan sesosok manusia. Apakah itu dia yang baru kamu jumpa. teman masa SMA, adik kelas di sekolah yang sama, atau bahkan dia yang umurnya lebih tua. Lalu apa yang harus dilakukan?

Yap benar, mengarahkan rasa cinta sebagai kata kerja yang menggerakkan kita mencapai mimpi dan visi mulia.

Tapi lagi lagi, terkadang harpan tidak sesuai realita. Bisa jadi kamu yang mengagumi doi dan tak pernah mengungkapkan rasa cinta itu. Kamu hanya diam dan berusaha menjaga hati. Tapi, hal yang tak diinginkan terjadi. Sosok doi yang kamu idam-idamkan malah pacaran dengan yang lain? Kecewa? Bisa jadi. Tapi lagi lagi Allah menunjukkan rasa sayangnya. Berarti bukan itulah sosok yang mempu menghebatkanmu.

Sahabat, hijrah sebagai seorang Jomblo Mulia memang tidak mudah. Butuh banyak perjuangan terutama soal hati. Lantas bukan berarti kita berdiam diri dan menyerah begitu saja. MOVE UP! Atau bahasa aktivis dakwahnya sih KEEP IZZAH! Yang artinya kalau berdasarkan apa yang saya baca adalah menjaga kehormatan, kemuliaan dan kekuatan. Ya benar, begitulah seharusnya Jomblo Mulia.

Kita seringkali terluka hanya karena harus ingin bersama dia

Kita seringkali kecewa karena meletakkan harapan besar kepada manusia

Kita seringkali salah cinta karena menjadikannya bukan sebagai kata kerja

Rasa cinta dan sebagainya itu wajar ada di hati manusia

Tidak perlu takut atapun bermurah durja

Hanya saja jangan menjadikan diri ini sebagai budak cinta

Arahkan rasa cinta hanya kepada Dia dan MOVE UP ke visi yang mulia

Keep Writing, Always Inspiring!

Rezky Firmansyah
Founder Passion Writing
Penulis buku tersebar di 5 benua

Mau diskusi asik bahas soal Kepenulisan Passion Kepemudaan? Dengan senang hati saya membuka kesempatan. Silahkan invite 76B4BF69/085363949899 dan juga  follow @rezky_rf9

Kamu merasakan manfaat dari tulisan ini? Tulis comment dan klik tombol share di bagian kiri

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *